Minggu, 17 April 2016
Selasa, 12 April 2016
Tentang Dieng
Tata Dieng Tour&Travel
Dataran Tinggi Dieng adalah kawasan vulkanik aktif di jawa tengah yang masuk wilayah kabupaten banjarnegara dan kabupaten wonosobo Letaknya berada di sebelah barat kompleks gunung sindoro dan gunung sumbing
Dieng memiliki Ketinggian rata-rata adalah sekitar 2.000 m di atas permukaan laut Suhu berkisar 12—20 °C di siang hari dan 6—10 °C di malam hari. Pada musim kemarau (Juli dan Agustus), suhu udara dapat mencapai 0 °C di pagi hari dan memunculkan embun beku yang oleh penduduk setempat disebut bun upas ("embun racun") karena menyebabkan kerusakan pada tanaman pertanian.
Secara administrasi, Dieng merupakan wilayah Desa dieng kulon kecamatan batur, kabupaten banjarnegara dan Dieng ("Dieng Wetan"), kecamatan kejajar kabupaten wonosobo Wilayah ini merupakan salah satu wilayah paling terpencil di jawa tengah
Selain kawah, terdapat pula danau-danau vulkanik yang berisi air bercampur belerang sehingga memiliki warna khas kuning kehijauan.
Secara biologi, aktivitas vulkanik di Dieng menarik karena ditemukan di air-air panas di dekat kawah beberapa spesies bakteri termofilik ("suka panas") yang dapat dipakai untuk menyingkap kehidupan awal di bumi.

Dieng memiliki Ketinggian rata-rata adalah sekitar 2.000 m di atas permukaan laut Suhu berkisar 12—20 °C di siang hari dan 6—10 °C di malam hari. Pada musim kemarau (Juli dan Agustus), suhu udara dapat mencapai 0 °C di pagi hari dan memunculkan embun beku yang oleh penduduk setempat disebut bun upas ("embun racun") karena menyebabkan kerusakan pada tanaman pertanian.
Secara administrasi, Dieng merupakan wilayah Desa dieng kulon kecamatan batur, kabupaten banjarnegara dan Dieng ("Dieng Wetan"), kecamatan kejajar kabupaten wonosobo Wilayah ini merupakan salah satu wilayah paling terpencil di jawa tengah
Etimologi
Nama Dieng berasal dari gabungan dua kata bahasa kawi "di" yang berarti "tempat" atau "gunung" dan "Hyang" yang bermakna (dewa). Dengan demikian, Dieng berarti daerah pegunungan tempat para dewa dan dewi bersemayam. Teori lain menyatakan, nama Dieng berasal dari bahasa sunda ("di hyang") karena diperkirakan pada masa pra-medang (sekitar abad ke-7 Masehi) daerah itu berada dalam pengaruh politik kerajaan galuhGeologi
Dataran tinggi Dieng (DTD) adalah dataran dengan aktivitas vulkanik di bawah permukaannya, seperti yellowstone ataupun dataran tinggi tengger. Sesungguhnya ia adalah kaldera dengan gunung-gunung di sekitarnya sebagai tepinya. Terdapat banyak kawah sebagai tempat keluarnya gas, uap air dan berbagai material vulkanik lainnya. Keadaan ini sangat berbahaya bagi penduduk yang menghuni wilayah itu, terbukti dengan adanya bencana letusan gas Kawah Sinila 1979. Tidak hanya gas beracun, tetapi juga dapat dimungkinkan terjadi gempa bumi, letusan lumpur, tanah longsor, dan banjir.Selain kawah, terdapat pula danau-danau vulkanik yang berisi air bercampur belerang sehingga memiliki warna khas kuning kehijauan.
Secara biologi, aktivitas vulkanik di Dieng menarik karena ditemukan di air-air panas di dekat kawah beberapa spesies bakteri termofilik ("suka panas") yang dapat dipakai untuk menyingkap kehidupan awal di bumi.
Homestay Dieng
tata dieng tour&travel
PENGINAPAN DAN HOMESTAY DI DIENG
Sebagai Daerah Kawasan Wisata, di Dieng Plateau terdapat Banyak Pilihan tempat menginap baik berupa Penginapan Sederhana, Homestay Maupun Hotel yang tersebar di wilayah Dieng.
Harga Penginapan di Dieng bervariasi. mulai dengan Tarif 100ribu rupiah per malam hingga 350 ribu rupiah.
HOMESTAY DIENG TIDAK HANYA SEKEDAR TEMPAT MENGINAP
Keramah-tamahan pemilik homestay dan warga disekitar memungkinkan anda berkesempatan untuk berbaur, melihat keseharian masyarakat Dieng yang unik, makanan Khasnya, serta kegiatan sehari-hari masyarakat Dieng
Tipe dan Rate Harga Penginapan Dieng:
Homestay Dieng Kamar Mandi Luarantara Rp. 80.000 ,- Rp. 150.000,- permalam
Homestay Dieng Kamar Mandi Dalam - Single Bed Hot Water
antaraRp. 150.000-Rp. 250.000 permalam
Homestay Dieng Kamar Mandi Dalam -Double Bed Hot Water
antara Rp. 300.000,- Rp. 350.000 permalam
HARGA DAPAT BERUBAH SEWAKTU-WAKTU.
INFO HARGA TERUPDATE HUBUNGI:
082325694641 (Fa'ul)
Jumat, 08 April 2016
Telaga Warna Dieng
Tata Dieng Tour&Travel~Obyek Wisata Telaga Warna Dieng
Telaga warna adalah salah satu landmark dari wisata Dieng Wonosobo. Nama Telaga Warna diambil karena telaga ini memiliki warna yang berbeda-beda. Telaga Warna ini memiliki legenda tersendiri.
Menurut legenda warga sekitar, warna yang muncul di permukaan telaga tersebut karena zaman dahulu kala ada cincin milik bangsawan yang jatuh ke dalam telaga tersebut. Secara ilmiah, warna yang berbeda dari telaga tersebut karena adanya pembiasan cahaya pada endapan belerang di dasar telaga.
Dominasi warna dari telaga ini adalah hijau, biru laut dan putih kekuningan. Jika ingin melihat keindahan warna dari telaga, Anda dapat mendaki ke puncak bukit yang mengelilingi telaga tersebut. Di daerah tepian telaga, terdapat balkon yang dapat digunakan untuk duduk bersantai menikmati keindahan telaga ini.
Kamis, 07 April 2016
Komplek Candi Arjuna Dieng
TATA DIENG TOUR&TRAVEL~Komplek Candi Arjuna Dieng
Dataran Tinggi Dieng memiliki kawasan candi yang sangat luas. Diperkirakan, candi-candi yang terdapat di kawasan ini menempati area seluas 90 hektare. Hanya saja, baru sebagian kecil dari candi-candi tersebut sudah selesai direstorasi. Dari sekian banyak candi yang ada Dataran Tinggi Dieng, Kompleks Candi Arjuna merupakan yang terluas.
Dataran Tinggi Dieng memiliki kawasan candi yang sangat luas. Diperkirakan, candi-candi yang terdapat di kawasan ini menempati area seluas 90 hektare. Hanya saja, baru sebagian kecil dari candi-candi tersebut sudah selesai direstorasi. Dari sekian banyak candi yang ada Dataran Tinggi Dieng, Kompleks Candi Arjuna merupakan yang terluas.
Terletak di Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Kompleks Candi Arjuna memiliki luas sekitar 1 hektare. Di kompleks ini, terdapat lima bangunan candi, yaitu Candi Arjuna, Candi Semar, Candi Srikandi, Candi Puntadewa, dan Candi Sembadra. Selain Candi Semar, keempat candi lain merupakan candi utama yang digunakan sebagai tempat bersembahyang.
Melihat dari bentuk serta ornamen yang terdapat pada setiap candi, diperkirakan keempat candi tersebut dibangun pada masa yang berbeda. Candi Arjuna merupakan yang dibangun paling awal, sementara Candi Sembadra merupakan yang dibangun paling akhir.
Perkiraan ini didasarkan pada perbedaan gaya bangunan candi. Candi Arjuna masih sangat kental dengan gaya candi-candi dari India. Sementara pada Candi Sembadra sudah terlihat pengaruh kebudayaan lokal yang sangat kuat. Pengaruh ini salah satunya dapat dilihat dari relung yang ada pada candi. Candi-candi bergaya India memiliki relung yang menjorok ke dalam, sementara pengaruh kebudayaan lokal akan memiliki relung yang menjorok ke luar.
Kompleks candi ini pertama kali ditemukan pada abad 18 oleh seorang tentara Belanda, Theodorf Van Elf. Saat pertama kali ditemukan, kondisi candi tergenang air. Upaya penyelamatan candi pertama kali dilakukan oleh HC Corneulius yang berkebangsaan Inggris sekitar 40 tahun setelah pertama kali candi ini ditemukan. Usahanya kemudian dilanjutkan oleh seorang berkebangsaan Belanda bernama J Van Kirnbergens.
Secara garis besar, keempat candi utama di kompleks ini memiliki ornamen yang sama. Di setiap candi, dapat ditemukan penil (ornamen pada bagian tangga, seperti pegangan), kala (wajah raksasa tanpa rahang bawah yang terdapat di bagian atas pintu), makara (diletakkan di sisi-sisi pintu dan dipercaya mampu mengusir kejahatan), jalatmara(saluran air untuk mengalirkan air dari bagian dalam candi ke salah satu sisi), istadewata (terdapat pada bagian atas candi dan dipercaya sebagai tempat masuknya pada dewa), serta antefik (ornamen yang terdapat di bagian ujung tiap sisi). Selain itu, di setiap candi, dapat ditemukan diksa (jalur bagi umat untuk mengelilingi candi sebelum masuk ke area candi utama).
Candi Arjuna, Candi Puntadewa, dan Candi Sembadra merupakan candi yang dibuat untuk menyembah Dewa Syiwa. Sementara, Candi Srikandi dibangun untuk menyembah trimurti (tiga dewa) yaitu Syiwa, Brahma, dan Wisnu.
Berkunjung ke Kompleks Candi Arjuna, Anda tidak akan menemukan arca yang biasanya menghiasi bangunan candi. Anda hanya akan melihat ruang-ruang kosong yang biasanya dijadikan tempat meletakkan arca.
Sebagian besar arca yang berasal dari kompleks candi ini disimpan di Museum Kailasa, yang letaknya tidak jauh dari kompleks candi. Sementara, sebagian yang lain sudah hilang.
Dari empat candi utama yang ada di kompleks ini, hanya Candi Arjuna yang memiliki candi sarana, yaitu Candi Semar. Candi sarana merupakan candi yang digunakan sebagai tempat berkumpul atau menunggu para umat sebelum masuk ke candi utama.
Candi Arjuna, sebagai candi utama di kompleks ini juga diperkirakan sebagai candi tertua, diperkirakan dibangun pada abad 8 Masehi oleh Dinasti Sanjaya dari Mataram Kuno.
Selain kelima candi tersebut, terletak sekitar 200 meter sebelah barat dari Kompleks Candi Arjuna, terdapat Candi Setyaki. Candi Setyaki terdiri dari dua bangunan, tapi hanya satu bangunan yang berdiri – itupun tidak lengkap karena bagian atas candi belum terpasang. Sementara, satu bangunan lain hanya berupa dasar bangunan.
Candi Setyaki juga merupakan candi yang dibangun untuk memuja Dewa Syiwa. Melihat relung dan gaya bangunan, Candi Setyaki diperkirakan dibangun pada masa yang sama dengan Candi Arjuna.
Kompleks Candi Arjuna biasa digunakan sebagai tempat pelaksanaan Galungan. Selain itu, kompleks ini kadang juga digunakan sebagai tempat pelaksanaan ruwatan anak gimbal. Tiket masuk ke kompleks candi ini sebesar Rp10.000. Dengan tiket tersebut, pengunjung dapat mendatangi Kompleks Candi Arjuna, Sendang Sedayu, Sedang Maerokoco, Dharmasala, serta Kawah Sikidang.